Reza yang Pertama dan Tiada Duanya

Salah satu penanda kalau kita bertambah banyak umurnya adalah : muncul lagu yang kita kenal tapi dinyanyikan ulang oleh penyanyi lain alias diremake. Ada sedikit perasaan nggak terima di dalam hati ini, gitu kan? Antara nggak terima karena lagu versi covernya terasa asing, atau karena tersadar kalau kita bertambah tua 😀

Dari sekian banyak lagu yang dinyanyikan ulang, menurut saya ada satu tipe lagu yang hanya bagus dan terdengar istimewa jika dinyanyikan oleh satu orang saja, yaitu penyanyi aslinya. Mau diwolak walik atau diubah-ubah aransemennya seperti apapun, tetap tidak bisa menyaingi kedahsyatannya ketika dinyanyikan oleh si penyanyi pertama.

Saya ngomongin Mbak Reza Artamevia. Menurut saya, beliau termasuk salah satu penyanyi yang lagu-lagunya hanya terdengar sangar kalau dia sendiri yang menyanyikannya. Bukan berarti jadi jelek kalau dibawakan oleh yang lain, tapi terdengar B aja jadinya.

Suara alto mbak Reza yang tinggi dan serak itu bisa membuat sebuah lagu terdengar sedih dan remuk tanpa membuat kita kepengen nangis. Terdengar meminta dengan penuh harap tanpa membuat kita bersimpuh memohon.

Hanya kau yang mampu mencuri hatiku, aku pun tak mengerti

Lumayan patah hati sih ketika mbak Reza sempat vakum menyanyi karna banyak kontroversi waktu itu. Kini ketika beliau kembali, rasanya kayak ada gap gitu. Ada sesuatu yang asing tapi entah apa. Meskipun begitu, mendengarkan lagu-lagu mbak Reza circa 1997-2002 ibarat kembali bermain dengan mainan lama yang masih disimpan; usang tapi sayang.

Jika ada satu hal yang saya sesali sekarang, itu adalah kaset album Keajaiban (1997) punya saya yang hilang entah di mana.